Suasana Gedung Prof. Amin Abdullah (Multi Purpose) UIN Sunan Kalijaga, Kamis (28/8/2025), berubah khidmat saat Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD mengambil alih podium. Dengan nada tegas, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu mengingatkan: hukum Indonesia tak akan pernah lepas dari wajah politik bangsa.
“Kalau politik bersih, hukum akan tegak. Tapi kalau politik kotor, hukum pun ikut hancur,” ujarnya membuka kuliah umum yang disimak antusias tidak kurang 730 mahasiswa baru Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
Dalam paparannya, Mahfud menekankan bahwa tantangan terbesar hukum saat ini bukan lagi regulasi yang usang, melainkan politik uang, oligarki, dan korupsi yang merajalela. Reformasi yang diharapkan membawa keadilan justru melahirkan problem baru. “Oligarki membuat undang-undang rawan dikendalikan segelintir elite. Korupsi di sektor pertambangan adalah contoh nyata bagaimana kekayaan alam justru tidak menyejahterakan rakyat,” jelasnya.
Sebagai ide ekstrem, Mahfud melontarkan gagasan “lustrasi total” pembersihan menyeluruh dari praktik korupsi. Bahkan, ia mengusulkan opsi radikal berupa amnesti untuk kasus lama sebagai reset system, disertai ancaman hukuman berat hingga hukuman mati bagi koruptor di masa depan.
“Masalah hukum itu bukan pemerintah, tapi politik. Politik oligarki, politik uang,” tegas Mahfud, menandaskan betapa dalam kerusakan yang terjadi.
Meski mengurai kondisi suram, Mahfud tetap menitipkan harapan besar kepada mahasiswa baru FSH. Ia mendorong generasi justisia muda UIN Sunan Kalijaga untuk menjadikan integritas sebagai fondasi perjuangan. “Kalau mau jadi pemimpin yang baik, harus berani jujur. Merah putih itu lambangnya: merah keberanian, putih kejujuran,” pesannya.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, Ph.D., menyebut kuliah umum ini sebagai momentum historis sekaligus akademik. Noorhaidi yang pernah menjadi mahasiswa Prof. Mahfud mengingatkan bahwa sang guru besar memiliki ikatan mendalam dengan kampus ini.
“Prof. Mahfud pernah sekolah di PHIN cikal bakal IAIN Sunan Kalijaga dan juga pernah mengajar di sini. Kehadirannya hari ini mengingatkan kembali pentingnya integritas hukum di tengah kompleksitas politik,” ujarnya.
Mengutip pengalamannya di Belanda, Noorhaidi menekankan pentingnya imparsialitas hukum independen dan tidak memihak. Namun, dalam konteks Indonesia, hukum kerap dipengaruhi realitas sosial-politik sehingga perjalanan bangsa terasa maju dua langkah, mundur satu langkah.
Sementara itu, Dekan FSH UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. Ali Sodiqin, M.Ag. mengapresiasi kehadiran Mahfud yang disebutnya sebagai “pendekar hukum Indonesia.”
“Kami bersyukur mahasiswa baru mendapat kesempatan belajar langsung dari figur nasional. Harapannya, kuliah umum ini menjadi bekal motivasi untuk tumbuh sebagai pejuang hukum yang berintegritas,” ucapnya.
Menutup kuliahnya, Mahfud mengutip Al-Qur’an: “waidza hakamtum bainannasi an tahkumu bil adl” (dan ketika kamu memutuskan perkara di antara manusia, putuskanlah dengan adil). Menurutnya, keadilan adalah tujuan akhir hukum, bukan sekadar menjalankan pasal demi pasal. Ia menegaskan, masa depan hukum Indonesia berada di tangan generasi muda. “Indonesia Emas 2045 hanya akan terwujud jika kalian berani melawan oligarki dan politik uang. Masa depan hukum yang adil ada di tangan kalian,” pungkasnya.